Menuju 32

Hari ini tanggal 21 Juni 2025, 8 hari lagi menuju usiaku yg 32. Tidak banyak yang bisa kuingat di ulang tahun - ulang tahun sebelumnya karena ulang tahunku di akhir bulan Juni. Biasanya di tanggal ini sekolah sudah libur kenaikan kelas. Orang-orang sibuk dengan urusannya: liburan atau ya tetap kerja. Tapi karena saya (mantan) guru, sudah dipastikan tidak (pernah) ada kejutan atau kado dari rekan kerja. Kalau beruntung, murid yg akan merayakan saat masuk sekolah di tahun ajaran baru. Ucapan pun hanya dikirim oleh keluarga dan mereka yg dekat denganku, bisa dihitung jari! Thanks to Facebook yg menghadirkan opsi menyalakan notifikasi ulang tahun. Setidaknya bisa terima ucapan lebih banyak bahkan dari yg tidak kukenal😂🤣😅🥲


Kalau pun saya diminta menceritakan ulang tahun yang berkesan, dari 31 kali pertambahan usia, hanya 3 peristiwa yg saya ingat (tapi agak samar).
Pertama, saat usia saya 5 tahun (kalau tidak salah). Saat itu mama papa adakan perayaan kecil dengan mengundang anak2 tetangga, teman sepermainan. Menyanyikan lagu selamat ulang tahun sambil memakai topi kerucut dengan pita di pinggirnya, lalu tiup lilin, setelah itu bagikan bungkusan kecil yg diisi camilan/jajanan. Tak ada games apalagi badut dan pertunjukan sulap.
Yang kedua di tahun 2015, saat menginjak usia 22 tahun. Hari itu teman kontrakan ingin memberi kejutan sederhana yg saya bisa tebak (agak kepedean tapi ternyata benar). Karena esok harinya saya akan sidang skripsi, saya kurang bisa nikmati karena cemas dan gelisah nggak karuan. Saat itu saya sibuk mempersiapkan ini itu: periksa bahan presentasi, setrika kemeja putih dan celana hitam, almamater yg harus diambil ke laundry. Saat saya tiba di kontrakan setelah maghrib, teman2 memberi kejutan dengan sekotak donat JCo dan lilin di atasnya utk saya tiup. Setelah menikmati donatnya saya masuk kamar untuk kembali duduk depan laptop dan latihan presentasi agar semakin menguasai isi skripsi yg akan diuji.

Terakhir, di usia 24. Saya iseng main online chat mirip dating app, saya lupa siapa yg kenalkan. Singkat cerita saya ngobrol dengan seorang alumni ITB, tapi usianya lebih muda dari saya.

Dia ajak utk ketemuan. Saya iyakan.

bener2 gila emang si Raphita ini..untung nggak diculik atau dijual ke pasar senggol😅

Kami janjian di stasiun Manggarai utk kemudian jalan-jalan, rencananya ingin ke Ancol saat itu karena dia senang fotografi. Dia sudah bawa kameranya lengkap dengan tripod. Di tengah perjalanan, kami punya niat utk melakukan hal negatif tapi malah celaka. Hahaha.. Emang Tuhan baik banget, celaka itu (kadang) dibuat utk menyelamatkan kami, saya lebih tepatnya.

Selebihnya, tidak ada yg bisa saya ingat tentang hari ulang tahun. Saya merasa hari itu tidak penting, sama seperti hari-hari biasa. Itu sebab saya tidak pernah excited menunggu tanggal 29 Juni. Tidak pernah ada rencana khusus yang saya siapkan untuk menikmati atau sekadar membuat hari itu dilewatkan secara berbeda.

Tapi kali ini lain.
Sore tadi, saat menyusui Leora, putri kedua ku, aku menangis. Teringat akan hal2 menyedihkan, bahkan yg membuat banyak "luka" di hidupku. Kejadian2 itu membuatku bertanya2 "apakah aku akan sanggup lewati tahun yg akan datang dengan usia yg bertambah? Ujian, tantangan/masalah apalagi yg harus aku hadapi?" Tambah usia pastilah pergumulan makin berat, mirip permainan. Makin naik level, makin sulit. Aku makin mengingat bagaimana aku menghadapi banyak hal sendiri: merasa kesepian, sakit, kehabisan uang, dibully, menerima penolakan juga penghakiman tak berdasar, gagal, kehilangan banyak kesempatan-hal/orang yg berharga, dan menyimpan banyak kekuatiran, rasa bersalah serta rahasia yg takut jadi beban apabila diceritakan. 

Ingatanku membawaku makin jauh ke masa lalu, tentang hal yg aku lalui sendiri sejak masih kecil: pergi ke sekolah sejak TK dengan mobil antar jemput. Aku ingat mobil butut warna merah yg sudah sangat usang. Hanya ada 7 siswa di dalamnya, 5 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Setiap pagi kami akan teriak-teriak sambil bernyanyi kalau sedang akur. Tapi ada saat dimana kami saling memaki hanya karena hal sepele, misalnya soal warna kaus kaki. Saat SD (hanya) diantar dan ditunggui mama di depan gang hingga angkot datang. Masa SMP-SMA hingga kuliah berangkat subuh dan pulang (tengah) malam karena berjalan kaki dan atau naik angkutan umum. 

Saat lulus SMA. Aku mengurus sendiri urusan kuliah: dari proses pendaftaran, ikut ujian dan menghadapi 4 kali kegagalan (mulai dari jalur undangan hingga tes mandiri) sampai pada urusan bayaran, yang padahal, katanya, itu seharusnya urusan orang tua karena merupakan kewajiban mereka dan hak anak untuk disekolahkan. Aku sekolah sambil bekerja. Waktu buat main atau nongkrong hampir tidak ada. Karena keterbatasan waktu dan uangnya mending ditabung. 

Belum lagi masuk dunia kerja yang penuh drama dan segala lika likunya yang pernah membuat saya depresi berat. Oh iya aku juga pernah (setidaknya 5 kali) mengalami pelecehan. No one knew- no one understood. 

Tidak pernah ada (keluarga) yang tahu semua masa sulit itu. *Kalau mereka baca tulisan ini, jadi tahu bukan tempe😝* Rasanya sulit untuk cerita atau mengadu. Saat senang diperlihatkan, saat susah ditelan sendiri. Kisah-kisah sedih itu semakin intens muncul bergantian di ingatan. Namun, di saat yg sama, saya ingat bagaimana itu semua terlewati. Menangis di jalan, bertemu orang asing yang membantu tanpa pamrih, hingga rasa damai, hikmat dan kekuatan yg Tuhan kasih untuk bisa melalui badai, yang kusebut sebagai mujizat.

Ingatan itu terlalu kuat hingga melibatkan banyak emosi: sedih, marah, malu, kecewa, haru lalu bahagia karena ternyata hampir 32 tahun bisa dilalui, bahkan menyadari ternyata banyak berkat kuterima di balik itu semua. 
Air mata pun mengucur deras. Lalu aku berpikir, (mulai) tahun ini aku ingin merayakan hari kelahiranku dengan cara yang berbeda. Tidak harus dengan yang mewah dan meriah, tapi sederhana namun bermakna. Sebagai pengingat bahwa aku diciptakan oleh Pencipta ku istimewa dan sangat berharga.
Sambil berderai air mata, aku tak henti2nya berdoa kepada Tuhan untuk bersyukur. Kalau bukan oleh Tuhan, karena kasihNYA, dan dengan anugerahNYA, mungkin niatku untuk bunuh diri di masa lalu sudah ku eksekusi dan tak akan ada tulisan ini.

 
Setelah berdoa, hati ini merasa lega dan tenang. Lalu terpikir lah oleh ku melakukan puasa untuk menyambut hari spesial itu.
Ya, 7 hari ke depan saya akan puasa dan berdoa. Saya percaya ada kuasa di dalamnya. Kerinduan saya 1, dengan puasa ini ada sesuatu yg akan, harus dan pasti Tuhan akan sampaikan untukku dengan caraNYA. I believe HIM as a Father who knows how to show His love to HIS beloved daughter and princess, especially on her birthday. Aku memang butuh dan menginginkan banyak hal sebagai hadiah, tapi saya percaya BAPA di Surga lebih tahu, mengerti dan sanggup memberi apa yg benar-benar saya perlu. Lewat puasa ini juga, saya ingin dimurnikan, dibaharui: cara pandang dan gaya hidup.

Bukan, saya bukan puasa makan minum. Saya rehat dari hal yg membuat saya nyaman, senang, namun mendistraksi saya dengan hebat, hingga membuat saya tak mampu berpikir jernih, stress apalagi peka mendengar suaraNYA.
Saya puasa dari media sosial. Selama 7 hari ke depan, sebagai ganti scrolling up and down di medsos, saya akan lebih banyak membaca dan merenungkan FirmanNYA, berdoa dan menyembah Tuhan.
Kiranya Roh Kudus memampukan, menguatkan, mengajar untuk saya dapat sungguh menangkap apa yg menjadi kehendak Tuhan bagi saya, khususnya memasuki usia ke 32 ini.

 
Saya akan bagikan / ceritakan perenungan yg saya Terima. Semoga jadi berkat bagi saudara/i yang membacanya. Amin! 🙏

Comments