Jadilah Tajam, Setajam ....

 "Sebab Firman Allah hidup & kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sum-sum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." -Ibrani 4: 12 (TB)-


Pernah nggak kamu memotong sesuatu dengan alat potong yang kurang bahkan sama sekali tidak tajam? Misalnya gunting, silet, pisau, parang atau mungkin pedang. Waktu kamu memotong dengan alat potong yang kurang atau tidak tajam itu, bagaimana perasaanmu??

Bentar...kamu tau beberapa alat potong yang tadi aku sebut kan?!! Pernah nyoba potong sesuatu kan? ?!Kertas, bawang, cabe, tomat, buah??? Soalnya kan ada tuh ada seleb yang kupas salak aja nggak bisa, masak mie instan aja bingung terus viral (semoga mereka merasa malu sih bukan bangga)๐Ÿ˜’๐Ÿ˜“ Please, kalau kamu salah satu yang termasuk nggak bisa potong-potong benda sederhana atau mengupas buah-buahan, belajar dari sekarang yaaa....jangan malu-maluin!!

Kita harus (semakin) tajam, setajam... (aku sih maunya setajam pedang, minimal piasu lah. Soalnya kalau cuma setajam silet terlalu biasa. Silet jarang dipakai buat potong-potong banyak benda. Biasanya silet cuma dipake buat potong benda yang kecil-kecil atau tipis misalnya benang, kertas, and,,,cukur kumis, jenggot agau bulu ketek. Atau kamu tipe yang anti-mainstream nyukur kumis pakai pedang... ๐Ÿ˜ฒ๐Ÿ˜ณiiih ngeriii๐Ÿ˜„๐Ÿ˜‚)

Semenjak aku tinggal di luar pulau Jawa, jauh dari keluarga bahkan nggak ada kerabat atau teman di sini, aku harus lakukan semua hal hampir sendirian. Cuci baju, masak, tidur, ketemu tetangga, sampai betulin perabot rumah yang rusak. 

Waktu masih tinggal bersama keluarga, ada mama yang hampir bantu kerjain semua, khususnya masak. Aku bisa masak. Sering bantu mama juga. Tapi bantunya untuk hal-hal sederhana seperti cuci, iris sayuran, dll. Kalau yang belanja, proses potong-potong (khususnya ikan atau daging) biasanya mama- apalagi kalau ada acara di rumah (arisan, kebaktian, dll). Nah, begitu sampai di sini (Belitung) aku harus bisa kerjain semuanya secara mandiri. Nggak bisa pilih. Suka atau nggak, bisa atau nggak, ngerti atau nggak cuma ada 1 pilihan: hadapi & selesaikan! Waktu sama mama, aku bisa pilih mau kerjain apa...dan seperti kebanyakan anak pada umumnya, aku akan pilih kerjaan yang ringan, mudah & cepat selesai. Mama jarang ngomel tapi terus ingatkan "harus belajar dan bisa...nanti kalau kamu bisa & menguasai semua, untungnya juga buat kamu kok!" Thanks mama untuk didikannya๐Ÿ’•๐Ÿ’–

Tibalah kemarin. Pagi-pagi, aku belanja buat menu makan 1 hari. Setelah diskusi dengan teman yang tinggal bareng di rumah, kami putuskan makan nasi dengan sayur sawi tumis dan semur ayam. Saat aku belanja (dari tukang sayur keliling), aku ditinggal temanku itu. Jadi semua aku yang putuskan mau beli berapa banyak. Potongan daging ayam ditimbang, dapat setengah kilo dengan isi 2 potong ayam bagian dada & paha. Setelah transaksi saya langsung bergegas ke dapur. Di sinilah proses belajar dan "perang" dimulai. (Maaf nggak ada fotografer, jadi no picture but it's not hoax loh)

Ayam aku letakkan di sebuah wadah untuk dicuci. Ayam harus bisa dipotong 8 dari 2 bagian tadi (supaya cukup untuk dimakan 3 orang untuk hitungan 3 kali makan. Yang 1 masih kecil, jadi bisa 1 potongnya dibagi buat 2 kali makan๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜…) Itu daging ayam tebal banget dan tulangnya juga besar. Aku ambil talenan & pisau lalu.................buka youtube untuk tutorial potong ayam..hahahahahahaha...๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜…(kan aku udah bilang, yang potong-potong biasanya mama). Ternyata ribet dong, tempat potong dekat wastafel & keran yang basah. Karena smartphone susah buat diletakkin di posisi yang tepat & nyaman, akhirnya putuskan nonton sebentar sambil ingat-ingat cara potongnya. Video durasi 6 menit aku tonton 3 kali setelah itu...tadaaaa..waktunya praktik!

Aku ambil potongan paha ayam yang sudah direndam & dicuci bersih, letakkan di atas talenan plastik & mulai potong. Talenan yang ada sangat tipis, pisaunya pun sangat tidak tajam. Jadilah, semua ingatan tutorial lupa karena fokus utama cuma bikin si potongan ayam bisa terbelah dengan pisau kurang tajam itu tanpa mikir soal estetis atau nggak, ukurannya presisi atau nggak. Dari niat mau potong 8 ku diskon jadi cukup 6 potong karena nggak bisa deal dengan kondisi pisau. Kupikir bisa kulakukan dalam waktu 6 menit seperti di video..ternyata... 45 menit...wkwkwkwkwk๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜…๐Ÿ˜ž

Ini linknya (siapa tau ada yang butuh buat belajar: Cara memotong ayam

Di tengah-tengah proses potong, aku sempat ngomel. Tapi, nggak lebih dari 30 detik, aku mulai berdialog dengan diri sendiri "Mau gue ngomel, ngeluarin kata-kata yang tajam sekali pun...nggak akan tiba-tiba bikin ini pisau jadi tajam dengan sendirinya atau bikin si potongan ayam jadi terpotong cepat nan indah. Nggak ada alat asah pisau, jadi yang diasah harus pikirannya!"

Setelah selesai dengan kalimat itu, muncul pernyataan lain dalam pikiran:

"Bayangin ya Raph... (kamu juga ikut bayangin, nggak usah tutup mata biar tetap lanjut baca๐Ÿ˜œ๐Ÿ˜๐Ÿ˜‚)

jadi manusia juga harus tajam. Bukan mulut atau jari-jarinyanya yang tajam, misalnya serang orang lewat kata-kata kasar, kotor dan isinya penghinaan, olok-olok, kesombongan dan sinisme. Jadilah manusia yang tajam dari wawasan atau ilmu pengetahuan, tajam dalam cara dan kemampuan berpikir, cara pandang atau cara melihat dunia dan sesama, tajam dalam melihat masa depan (visi), tajam dalam menggunakan potensi dan bakat untuk jadi berkat, tajam dengan passionmu, tajam dalam kepekaan & intuisi tentang fenomena yang terjadi di tiap-tiap hari atau momen tertentu, tajam dalam menimbang dan membuat keputusan. 

Mirip pisau yang kurang tajam tadi, kalau sisi manusia & pengenalan kita tentang Tuhan- Sang Pencipta dan Pemilik hidupmu kurang tajam, kehadiran kita cuma bikin orang kesal, nggak berguna bahkan cenderung merusak." 

Betul.. si pisau kurang tajam itu sudah merusak mood dan semangatku untuk (belajar) masak, merusak kemampuanku dalam menjadi akurat (dari rencana potong 8 jadi potong 6, ada yang harus berkurang jatah makannya). Begitu pun dengan sisi manusia kita yang apabila kurang tajam, kehadiran kita akan cenderung bikin orang lain jengkel, marah bahkan bisa jadi perusak buat hidup orang lain, merusak hubungan, merusak semua yang baik. Untuk itu, jadilah tajam seperti pisau atau pedang yang dipakai oleh para mahir atau yang terampil. Asah pisau/pedang (kemampuan, bakat, kecerdasan, kepekaan, semua yang baik) yang ada pada kita. 

Bagaimana cara mengasahnya? Latihan, belajar, kalau gagal coba lagi, kalau salah akui kesalahan-minta maaf & kalau ada kesempatan buat perbaiki- ulang lagi, berdoa: minta petunjuk, kekuatan, pertolongan, pengertian dari Sang Sumber Segalanya (TUHAN). Rendah hatilah untuk tanya dan belajar dari yang pengalaman atau setidaknya sudah pernah mencoba atau ada di posisi itu. Harus ada keringat dan air mata (waktu asah pisau, pisau itu disiram dengan air sedikit-sedikit sambil digosokkan pada batu asah. Bahkan sebuah pedang, harus dibakar di tungku api dengan tingkat panas yang sangat tinggi)

Dengan dialog tersebut di pikiran, ngomelku berhenti jadi ketawa-ketawa sendiri. Ngebayangin si ayam menyatukan diri sambil teriak-teriak "mana kakiku, sayap dimana sayap? Cekerku bersatulah! Dan si ayam hidup lagi lalu ngomel "Raph...Lu lama banget motong gue?! Lu mau motong apa gelitikin gue? Geli sama pisau yang lu pakai...nggak tajam soalnya. Mending kite dangdutan nyok!?!" Ayam aja kesel kan?! Hahaha๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

Anyway, 1 lagi..kurang tajamnya pisau itu juga jadi latih aku bersabar dengan diriku sendiri & jadi kreatif karena harus mikir gimana caranya supaya si pisau tetap bisa dipakai buat potong daging ayam itu sbeelum dangdutan beneran.๐Ÿ˜‚ Jadi, kalau kamu ketemu sama orang yang "kurang tajam" pribadinya: bersabarlah. Itu salah satu cara buat mengasah kamu jadi lebih sabar & kreatif. Tapi tolong si orang tersebut juga untuk bisa jadi tajam, hidupnya berguna dan orang lain nggak jadi kesal dengan kehadirannya. Kerja sama untuk saling menajamkan. 

Finally, itu ayam bisa di potong jadi 6 bagian dan hasilnya not too bad lah yaaa (lihat gambar di atas)

                                          Nasi, sawi tumis bawang putih & si lezat semur ayam

Semur ayam jadi...dan tetap enak..karena akhirnya aku fokus di hal bumbu daripada tampilannya. Semua jadi bisa makan, kenyang, dan terhibur. Itu semua hanya bisa terjadi karena aku memutuskan aku yang harus jadi tajam kalau si pisau di tanganku nggak tajam dan nggak ada alat asahnya. Aku yang harus mengasah pikiran & emosiku supaya bisa tepat dalam bertindak. Seandainya aku menyerah untuk berhenti masak hanya karena pisau di tangan nggak tajam, lalu apa beda antara aku dengan pisau (benda mati) yang ada padaku?!?

Kalau kamu menyerah dengan dengan keadaan, cari banyak alasan lalu gagal gapai impian & capai cerahnya masa depan lalu apa beda kau dengan pisau potong ayamku yang kurang tajam???

Akhir kata, putuskan untuk asah diri & jadilah tajam, setajam.... (jawab sendiri)


P.S: Ada sponsor mau kasih aku set perlengkapan masak yang tajam dan oke punya??! Hihihi

Kalau ada. komen di kolom komentar ya...nanti aku kasih alamat rumah buat kirim paket alat masaknya๐Ÿ‘Œ๐Ÿ‘๐Ÿ˜Ž๐Ÿ˜๐Ÿ˜‡


Si tajam,

Raph




Comments