(Strategi) Kalahkan Lawan Seperti Main Layangan

Sebuah pepatah lama mengatakan, "semakin tinggi pohon, semakin lebat buahnya, semakin kencang angin yang menerpanya." 
Saat saya (melihat orang) bermain layang-layang atau layangan, saya belajar bahwa semakin tinggi layang-layang terbang, semakin kencang anginnya, semakin banyak layang-layang lain yang ingin me"ngadu" diri (dengannya) dan (berharap dapat) memutuskannya.

Pandemi Covid-19 yang disebabkan penyebaran dan penularan virus Corona ini membuat banyak orang dilanda kebingungan hingga ketakutan. Bahkan sudah ada beberapa berita yang melaporkan kasus bunuh diri karena hilangnya harapan akan masa depan. Beberapa orang masih tetap bekerja dan terus berusaha untuk bisa menyambung hidup dan bertahan, tidak sedikit juga yang justru makin kreatif. Yang awalnya niat cari hiburan, bikin hiburan hingga dapat penghasilan dari beberapa gagasan yang kemudian diviralkan. Semoga tulisanku ini juga bisa jadi viral- kalau pun nggak bisa bikin dapat penghasilan (tambahan) setidaknya bisa mempertemukanku dengan belahan jiwa, yang kepadaku hatinya ditambatkan😜 Amin! #pembaca dilarang keselπŸ˜œπŸ˜›πŸ˜œ

Gue masuk kategori mana? Awalnya sempat jadi orang yang ketakutan, planga plongo, merasa bosan sampai jadi berani buat sebuah keputusan bulat bahwa "SAYA harus BANGKIT! SAYA harus tetap SEMANGAT! Karena saat saya semangat, SAYA jadi SEHAT dan KUAT!" Saya lakukan banyak hal yang membuat saya terus "bergerak" dan "hidup". Dan (ngeliatin orang) main layangan adalah salah satunya.πŸ˜‚ Apalagi ini bulan puasa. Meski saya tidak menjalankannya, saya mau pastikan kegiatan saya tidak mengundang konflik atau sesuatu yang merugikan orang lain.

Kemarin sore, tepatnya hari Kamis, 7 Mei 2020 yang bertepatan dengan hari libur nasional untuk memperingati Hari Raya Waisak, sekitar pukul 15.30 sore adik laki-laki saya, sabut saja dia Raja, bersama dengan 2 keponakan saya, 2 adik perempuan saya, kakak sepupu dan suaminya bermain di lapangan. Mereka heboh menerbangkan layangan. Awalnya saya tidak tertarik bergabung karena saya tidak mau jadi anggota gank @l4y--> anak layangan, sampai akhirnya saya dengar mereka tepuk tangan. Ini bikin saya penasaran, "main layangan doang kok sampai tepuk tangan?!"  Akhirnya saya keluar untuk masuk halaman di mana mereka girang bertepuk tangan. "Ada apaan sih?!", tanyaku sinis. "Itu kak, abang habis mutusin layangan orang". Saya putuskan ikut nongkrong dengan mereka. "Seru nih ngeliat (layangan) yang diputusin," batinku😜 Karena tidak puas hanya ngeliatin, saya coba minta untuk ikut nerbangin. Saat situasi tenang saya minta gulungan tali layangan dari adik saya. Saya belajar menavigasi layang-layang (yang di akhir saya tahu harganya cuma serebuan). Main layangan ternyata bisa jadi latihan kesabaran. Kegiatan "tarik ulur" untuk membuat layangan tetap terbang tinggi dan gagah juga butuh  perhitungan dan ketrampilan: harus bisa baca situasi, membaca kekuatan-tekanan-hingga arah angin yang wujudnya tak kelihatan hanya bisa dirasakan. Dan bagian yang paling seru adalah kehadiran "lawan", layangan lain yang mau coba adu & buktikan kehebatan. 

"Kak..itu ada layangan lagi. Dia mau ngadu sama kita!", kata adikku perempuan.
'Tau darimana? Jauh kok itu", jawabku santai tanpa peduli yang lain. Sementara tanganku masih tarik ulur sembarangan tak ada aturan, saya panik karena takut tiba-tiba (di)putus(in). Siapa coba yang mau diputusin?!πŸ˜’πŸ˜“πŸ˜œ Dengan kecepatan kedipan mata, gulungan tali saya serahkan kembali ke Raja yang menaikkan serta yang sebelumnya jadi navigator. Tanpa waktu lama, layangan kedua putus. Layangan lain datang mencoba mengadu & ingin memutuskan layangan kami dan yaaa...putus lagi. Adikku menang 3-0.  Semuanya putus & berakhir entah dimana. Dari keseruan yang didapat ada sebuah pesan serta nilai yang saya petik. Sebuah momen belajar dan sekali lagi refleksi diri.

Saya heran dan penasaran kenapa bisa 3 layangan putus dengan mudah sementara saya melihat adik saya tidak melakukan hal yang spesial & menghebohkan seperti yang dilakukan penonton.
Saya iseng bertanya, "gimana caranya? Kok bisa mutusin 3 layangan sekaligus. Kasian lho itu orang yang layangannya kamu putusin."
Dengan santai adik saya menjawab, "bukan gua yang mutusin. Mereka aja yang dekat-dekat, nantangin. Gua malah daritadi yang ngulur. Itu yang layangannya pada putus gara-gara ditarik terus. Sengaja gesek benangnya ke benang layangan kita biar putus."
"Terus kenapa lu nggak ikutan narik juga?", tanyaku lebih kepo.
"Buat apaan? Kalau ada lawan (layangan lain) yang ngajak ngadu, diemin aja. Tadi gua ulur benangnya biar layangan kita makin tinggi. Gua santai aja. Soalnya nih ya, pertama, gua naikin layangan bukan buat ngadu sama layangan lain. Cuma pengen buat senang-senang aja. Rugi lah, udah  beli layangannya, usaha bikin (layangannya) terbang kalau cuma buat diputusin. Kedua, gua tau benang yang dipake layangan lawan itu benang murah, beda sama yang gua pake. Kalau layangan kita tadi, layangannya murah serebu perak, tapi talinya yang bagus agak mahal. Terus juga, waktu layangan kita makin naik, makin tinggi itu kan di atas anginnya kenceng, lawan susah ngejar apalagi kalau yang dipake benang murah mana kuat. Pokoknya ulur terus aja, kita harus makin tinggi. Kalau layangannya mulai dirasa agak turun baru tarik habis itu ulur lagi. Waktu (layangan) makin tinggi itu makin susah dilawan. Tinggal tunggu aja (layangan) siapa yang putus."



Strategi main layangan ini nampaknya juga cocok dan boleh diaplikasikan dalam hidup. Saat ada "lawan" yang mau menjadikan kita "saingan", diemin aja. Tanggung jawab & fokus kita adalah "bagaimana caranya kita harus terbang makin tinggi- jadi semakin lebih baik". Untuk terbang makin tinggi juga harus ada strategi "tarik ulur". Tarik diri dari namanya kesombongan, rasa sok tahu, sok belagu dan banyak-banyak ulurkan tangan memberi bantuan dan lakukan kebaikan. Santai aja! Begitu kata Raja. Kita menaikkan kualitas diri nggak perlu untuk sebuah "pembuktian" untuk dapat "pengakuan dan penerimaan". Rugi lah! Udah sekolah tinggi-tinggi, ikut seminar atau (pe)latihan lama-lama cuma buat diliat orang, padahal belum tentu orang yang lihat ikut senang dan kasih selamat malah bisa jadi kita dihujat. Kedua, apalagi kalau kita tahu kualitas kita dan orang lain (jauh) beda, nggak perlu habiskan waktu, tenaga bahkan materi buat sibuk jatuhin lawan nanti juga bisa dibuktikan di "ketinggian tertentu"- di masa-masa sulit, saat ada rintangan dan tantangan, saat diperhadapkan kesulitan saat itulah ujian pembuktian level kekuatan dan kehebatan. 




Layangan, buat saya pribadi bisa jadi simbol prestasi, pencapaian. Bentuknya bisa apa saja: popularitas, kedudukan atau jabatan, kepercayaan hingga kekayaan (kepemilikan).
Tali itu bicara karakter, mentalitas, kemampuan intelegensi- kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. 
Kualitas tali cukup menentukan seberapa tinggi layangan. Dan lawan itu mengincar "tali" untuk putuskan (layangan) kita. Talinya putus, otomatis layangannya hilang, nyangkut lalu robek dan rusak. 
Talinya "jelek" dan "murah", layangan susah naik dan terbang tinggi apalagi buat kalahkan lawan- untuk mutusin layangan lain.
Mentalitas, karakter dan intelegensi yang "rendah" atau "murah" akan sulit membawa seseorang terbang tinggi mencapai tujuan hidup dan menorehkan prestasi. 


Jadi, kalau mau mutusin atau kalahkan lawan fokus aja dengan meningkatkan kualitas diri mulai dari perbaiki karakter, bangun hubungan, asah mentalitas, perluas dan kelola intelegensi hingga mumpuni. Harus bisa "tarik ulur" dengan tepat: paham kapan harus berlari, kapan harus jalan. Kapan harus bicara, kapan harus diam saja. Kapan harus mulai, kapan harus berhenti. Bisa menempatkan diri dan bijak dalam merespon situasi. Pastikan kalau kita tetap Santai Aja! Be Relax! Jangan sampai terpancing emosi saat lawan datang menghampiri. 

Jadi inget, kalau kamu diputusin pacar dengan alasan "aku nggak pantas buat kamu soalnya kamu terlalu baik buat aku", Bersyukurlah! Berarti itu orang nggak cocok buat diajak terbang tinggi bareng-barengπŸ˜œπŸ˜…

Comments

  1. Menginspirasi

    Terbang lebih tinggi lagi bersama Tuhan...God bless

    ReplyDelete

Post a Comment