Blender dari Driver Ojek Online



Marhaban ya Ramadhan!


Saya mengucapkan selamat menyelesaikan bulan puasa & menyambut hari Raya Idul Fitri bagi saudara/i, rekan-rekan yg merayakan. Ngomong2 soal Ramadhan, saya punya cerita berkah Ramadhan.


Jadi gini, ceritanya kemarin itu saya mau pergi ke gereja naik ojek online. Saya memang jarang pakai sistem pembayaran non-tunai. Kalau pun saya isi saldo, biasanya saya pakai pilihan non tunai di saat-saat genting. Saat akhir bulan misalnya ketika uang tunai mulai diirit-irit. Maklum masih jomlo belum ada abang antar jemput gratis๐Ÿ˜…๐Ÿ˜‹
Karena jarang pakai layanan non-tunai saya pun tak begitu memperhatikan sisa saldo yang saya punya. Jarak dari rumah ke gereja hanya perlu membuat saya membayar Rp 9.000 saja. Sekali lagi, karena saya tidak perhatikan dengan saksama bahwa saya punya saldo non-tunai yg cukup di aplikasi saya klik tombol "Order" setelah saya isi titik penjemputan dan alamat tujuan. Begitu sampai, saya serahkan selembar uang Rp 10000an. Saat hendak menyerahkan uang, driver berkata "Mbak pakai layanan ... (non tunai) kan?"
Saya perlu sekian waktu untuk berpikir dan mengingat apa memang saldo non-tunai saya masih cukup. Saya tanya si driver, "oh begitu ya, Pak. Coba bapak cek lagi."
Saat saya minta bapak tsb mengecek, tiba-tiba dia berkata "eh iya deh Mbak itu pakai tunai. Saya lupa", dengan gelagat segera menyalakan mesin motor sementara helm belum betul tersangkut. "Coba cek lagi, Pak siapa tau salah. Nanti Bapak rugi." Bahasa tubuh si Bapak makin bikin saya curiga. Saya pun jadi merasa aneh dan sisi iseng saya muncul. "Waktunya eksperimen sosial", batinku.
"Yasudah, Pak kalau gitu hati-hati ya. Terima kasih banyak."
"Laris manis..laris manis ya Mbak. Terima kasih", begitu kalimat perpisahan yg diucapkan kepada saya. Sambil saya pergi menuju pintu masuk gereja sang driver memutar balik kendaraan roda duanya lalu kembali berhenti di sisi pinggir pagar gereja. Entah dia sedang berpikir atau ada orderan baru atau..balas chat istri "Sudah dimana? Cepat pulang bawa uang."
Sambil saya jalan saya berniat memberi bintang dan yaaak...benar lah saya ditipu. Sisa saldo hanya tinggal Rp 500. Saya sengaja memperlambat langkah sambil sesekali menengok ke belakang. Seperti yg saya pernah tonton di sinema Bollywood, saya menghitung dalam hati berharap driver memanggil pada saat saya menghitung 1-3. "Kalau aku hitung sampai 3, driver manggil aku dan mengejar aku berarti dia...berniat mengakui atau mengembalikan uang yang lebih itu." ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜œ#kalian mikirnya lain ya?? Satu langkah dua langkah tengok-tengok. Tiga langkah empat langkah tengok- tengok #bayangkan saya melakukan itu dengan gaya mirip Syahrini ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜œ

Sampai akhirnya saya melangkah maju dan tengok ke belakang untuk ke sekian kalinya, saya tidak lagi melihat driver dan motornya tapi mendapati tukang cilok dengan gerobak. "Ajaib! Dahsyat kau Tuhan penuh kuasa..sanggup ubahkan driver ojek jadi tukang cilok. Secepat itu kah pembalasanMu ya Gusti?!๐Ÿ˜†๐Ÿ˜‚

Dan akhirnya, driver telah pergi meninggalkan diriku, disini aku menunggu uangku balik lagi..." Waktu menaiki tangga gereja, ada perasaan jengkel yg muncul. "Yah kena tipu. Duh padahal uang itu bisa jadi tambahan buat persembahan tadinya." Saat level jengkel mulai naik, di hati saya muncul perkataan "masa gara2 Rp 10.000 aja sukacita mau ke gereja hilang. Rasa bahagia mau ketemu Tuhan Sang Maha Segalanya hilang hanya karena sepuluh rebu perak?! Ingat Raph, kadang2 nggak semua uang kita itu milik kita. Siapa tau memang si Bapak butuh, itu miliknya yg dititip lewat kita. Sudahlah anggap saja kamu menabur, memberkati. Jangan gelisah hanya karena 10.000 mu melayang gitu saja."

Seperti di film-film kartun, saya imajinasikan tiba-tiba sosok bertanduk panjang, berwarna merah padam, gigi taring berwarna kuning bawa sapu eh maksudnya trisula, rambut keriting, napas bau dan badan bau ketek muncul dan berbisik, "Harusnya tadi kamu minta uangnya balik ke si Bapak itu. Kasih aja dia bintang 1 terus tulis komen tajam supaya si Bapak di suspen dan nggak narik lagi. Dia udah ambil uangmu. Bila perlu kasih pelajaran biar si Bapak itu malu dan nggak gitu lagi." Pergolakan batin lagi2 muncul. Antara menyesali tidak menuntut uang kembali atau ya sudah ikhlaskan saja.
Saya berhenti sebentar dan berkata pada diri saya dengan lantang, "Tuhan, Engkau Maha Tahu yg sebenar-benarnya saya pikirkan dan saya rasakan. Saya marah saya dibohongi dan uang saya diambil dgn cara spt itu. Tolong ajar saya supaya saya bisa ikhlas. Saya mohon berkati uang yg saya kasih tadi supaya jadi berkat buat si Bapak driver. Kalau memang saya adalah penumpang pertamanya, tolong tambah2kan penumpangnya bila perlu bantu Bapak driver mencapai target nariknya hari ini. Tolong lindungi si Bapak selama narik supaya bisa pulang selamat bawa duit buat beli makan buka puasa bersama keluarga atau tambah tabungan buat mudiknya. Dan aku percaya, Engkau Tuhan Maha Sabar, Maha Kasih dan Sumber segalanya. Aku tahu Engkau sedang mau mengajariku hal baru. Tolong saya biar saya tetap bersukacita dan damai sejahtera. Dalam Nama Tuhan Yesus. Amin" Setelah usai dari gereja saya pikir semua sudah kembali normal. Saya tak pusing dengan uang 10 ribu lagi tapi pusing gimana caranya kamu perhatian ke aku lagi #pesan sponsor harus tetap jalan terus

Tibalah hari ini. Saya masuk menjadi anggota koperasi yg dikelola sekolah. Anggota yg tidak pasif tapi juga tidak aktif-aktif banget. Siang pukul 2.30 ada undangan Rapat Anggota Tahunan yg tujuannya pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU). Tanpa saya ketahui ternyata pengurus menyiapkan banyak hadiah door prize untuk hiburan. Saat saya masuk ruangan, saya lihat tumpukan parcel, wadah kotak makan- warna warni setrika baju, 2 kipas angin dan sebuah blender. Saat itu juga mata saya tertuju pada blender dan di hati saya muncul sebuah gumaman spontan, "Nanti blendernya buat Raph ya."

Saya cekikikan sendiri. Tibalah waktu pengundian door prize. Hadiah-hadiah mulai dibagikan. Nama2 mulai dibacakan. Semakin seru karena banyak nama yg dipanggil tapi tidak hadir karena berbagai alasan. Semua berteriak-teriak, harap-harap cemas dan bikin yel-yel saat dirinya menerima salah satu hadiah yg ada. Semua deg2an saat kertas berisi nama2 mulai ditarik dan dibaca perlahan-lahan. Bahkan nama-nama petinggi sekolah pun beruntung dapat hadiah meski hadiahnya bukan yg ditunggu-tunggu. Tibalah 4 hadiah terakhir yg saya sebutkan tadi: 1 buah kontainer susun 3; 2 buah kipas angin, dan 1 buah blender. Nama pertama dibacakan, bukan saya. Teman-teman di kiri kanan belakang saya sudah mulai mengucap-ucap doa berharap ada namanya disebut. Aku berharap di doa temanku ada namaku disebut๐Ÿ˜‹๐Ÿ˜„

Saya cekikikan sendiri di posisi saya tanpa tahu apa yg saya tertawai. Sampai nama terakhir untuk hadiah terakhir- blender: Rafina Lestari Manullang. Itu yg saya dengar saat kertas dibuka dan dibacakan. Rekan-rekan saya mulai menepuk-nepuk bahu saya menyuruh saya berdiri tapi saya sendiri tidak sadar karena bukan nama saya yg saya dengar. Rekan sebelah saya meminta nama di kertas tsb dibacakan ulang dan yaaa..Raphita Lestari Manullang dibacakan dengan lantang. Saya maju, menerima hadiah lalu berfoto. Bahkan saya mendengar ada doa terselip bagi saya bahwa dengan diterimanya blender itu oleh saya maka saya akan memasuki kehidupan rumah tangga. Entah rumah tangga siapa, yg mana, saya aminkan doa baik tersebut. Terima kasih๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜‡





Penerimaan blender (Raph is on the right with her sweet wide smile๐Ÿ˜ƒ)

Saat selesai menerima beberapa orang memberi selamat bahkan melontarkan kalimat2 candaan kpd saya. Setelahnya, dari gedung ruang rapat saya kembali ke ruangan saya sambil berjalan muncul lagi di hati saya sebuah renungan, "Kalau kemarin kamu belajar ikhlas dengan uang Rp 10000 mu yg di"ambil" dengan cara tak menyenangkan, ini kembaliannya. Tuhanmu tak tidur. Dia tau apa yg terjadi dan Dia tidak biarkan kamu dirampas. Dia kembalikan bukan cuma Rp 10000 tapi puluhan bahkan ratusan kali lipat."
Sekali lagi, saya tahu saya menerima hadiah itu pun tetap hanya karena anugrah Tuhan bukan karena perbuatan baik yg saya lakukan. Di sisi lain, Tuhan yg pribadiNya adalah Maha Adil tak akan tinggal diam saat ada yg berlaku curang pada umatNya yg menanti-nantikan dan mengandalkanNya.
Ini juga jadi pengingat bahwa setiap kali kita menabur, kita pasti menuai. Kalau ada orang yg curangi kita, berbuat tak adil pada kita, mari belajar libatkan Tuhan & serahkan perkaramu untuk diadili oleh-Nya karena memang pembalasan bukan hak kita melainkan hak prerogatif Tuhan. Sebagai manusia yg juga pasti pernah curang, jahat dan tak adil terhadap sesama manusia bahkan makhluk lainnya adalah baik untuk kita menahan diri, tidak menghakimi apalagi sampai mengutuki tapi justru sediakah kita mengampuni dan berdoa memberkati? Lihat apa yg akan terjadi dan buahnya kita (sendiri) yg nikmati.



Selamat mengampuni & selamat memberkati๐ŸŒท๐ŸŒธ๐ŸŒน



Ditulis pada Rabu, 28 Mei 2019


Comments