Teman dan Spagetti

Seorang gadis sangat suka spageti dan ia juga pandai memasaknya. Suatu kali ia ingin memasak spageti dan menikmatinya bersama orang-orang terdekatnya. Setiap akhir minggu ia jadwalkan memasak spageti untuk dinikmati bersama keluarga, kerabat, teman terdekat dan sahabatnya. Hingga tiba pekan untuk menikmati bersama kawan lama yang baginya adalah sahabat bahkan saudaranya. Sang gadis mengirim pesan, "aku akan masak spageti hari ini untukmu. Datanglah berkunjung." Jawab kawannya, "terima kasih atas undanganmu. Tapi maaf aku tidak ada waktu untuk bertemu. Lain kali saja ya." Dengan perasaan kecewa si gadis menjawab, "yasudah tak apa-apa. Lain kali akan kubuatkan lagi. Semoga rasanya semakin enak."
2 minggu kemudian, si gadis memasak kembali spageti favoritnya hanya untuk kawannya itu. Kembali ia mengirim pesan, "aku masak spageti lagi hari ini. Mari datang dan nikmati." Namun lagi-lagi temannya tak bisa. 3 pekan berikutnya hal yang sama berulang. Satu bulan berlalu, 2 bulan, 3 bulan belum juga mereka bertemu dan menikmati spageti bersama. Si gadis mulai bertanya-tanya, "apa dia begitu sibuk sehingga tak mampu datang?" Lalu si gadis berinisiatif menemuinya ke tempat dimana ia berada. Ia masak spageti itu lalu membawanya. Setibanya disana, cukup lama ia menunggu. Ketika bertemu, "hai, apa kabar? Lama sekali kita tidak bertemu. Ini spageti buatanku." Tapi si teman menjawab, "hari ini aku ada janji untuk makan siang bersama teman-temanku. Kamu akan kuajak. Jadi spagetimu akan kusimpan dan baru kumakan setelahnya." Dalam hati gadis ini kecewa karena belum pernah ada orang yang membiarkan spagetinya terlalu lama untuk dimakan, apalagi ia adalah sahabatnya. Tapi ia tetap tersenyum dan berpikir, "setidaknya ia akan makan spagetiku." Pertemuan dengan teman-teman kawannya cukup lama bahkan sampai hari menjelang gelap. Sang gadis lalu berpamitan, "aku pulang ya. Terima kasih karena sudah mengajakku bertemu teman-temanmu. Jangan lupa untuk memakan spagetiku. Rasanya mungkin sudah tak seenak ketika baru dimasak dan semoga belum basi karena sudah terlalu lama." Temannya meyakinkan, "sama-sama. Spagetimu pasti akan kumakan. Kau hati-hati dalam perjalanan." Si gadis tak tau apa yg dilakukan temannya itu dengan spagetinya. Yang ia percaya kawannya adalah sosok yg baik jadi ia pikir temannya akan memakannya. Semakin hari si gadis semakin mahir memasak spageti. Bahkan ia memasak lebih banyak spageti bagi lebih banyak orang. Tapi baginya, spageti spesialnya hanya bagi orang-orang spesial. Tahun berganti, si gadis bertumbuh jadi sosok wanita yang cantik, pintar, dan belajar untuk jadi wanita yang dewasa- berkarakter dan berkepribadian baik. Namun sayang, seiring berjalannya waktu banyak orang2 terdekatnya yang semakin jauh darinya. Alasan utama karena kesibukan masing-masing. Tapi intuisinya mengatakan ada sesuatu yang tersembunyi- bukan hanya karena waktu dan kesibukan yang membuat mereka tak lagi sering bertemu atau bahkan saling berkirim pesan. Namun demikian, hubungan pertemanan adalah salah satu hal yang penting baginya. Ia berusaha untuk tetap menjaganya. Suatu kali, ia mengirim pesan, "hai apa kabar? Mari kita bertemu, dengan atau tanpa spageti. Jika kau mau mungkin aku bisa memasak sesuatu yang lain. Katakanlah. Aku akan mencoba memasaknya." Lagi-lagi ia ditolak masih dengan alasan yang sama. Dan untuk kesekian kalinya juga ia menerima. Ia sangat merindukan teman dekatnya itu. Banyak cerita yang ia ingin bagikan. Pertemuan dengan sahabatnya kini jadi sebuah impian. Terkadang, spageti hanya jadi perantara, alasan agar ia bisa bertemu. Sampai suatu hari ia putuskan untuk tidak lagi mengajaknya bertemu karena ia pikir, "mungkin temanku akan marah karena sudah lelah dan bosan untuk kuajak bertemu. Jadi aku rasa cukup." Sejak saat itu ia tak lagi berkirim pesan apalagi memasak dan menawarkan spageti untuk temannya itu. Namun demikian, ia selalu merindukan dan berdoa agar sahabatnya itu selalu melakukan dan mendapatkan kebaikan. Bertahun-tahun kemudian, pesan diterima sang wanita dari kawan-dekat-lamanya itu, "haai, apa kabar? Aku ingin sekali bertemu dan menikmati spageti buatanmu. Bagaimana?" Kali ini, keadaan berbalik, "hai, kabarku baik. Aku harap kau juga demikian. Aku minta maaf karena kita tak bisa dan tak akan bertemu dalam waktu dekat. Jika kau mau, tunggu aku setelah pergantian tahun depan. Untuk spageti, kau bisa membelinya di restoran pasta." Wanita itu tak bisa bertemu karena ia sudah menjadi koki andal di hotel internasional di bidang pasta. Kini ia menyajikan spagetinya bagi orang-orang hebat dan spesial tak hanya bagi dirinya tapi banyak orang di dunia; tanpa ia yang menawarkannya terlebih dahulu, tanpa ia perlu mengirim pesan. Kini ia yang dicari. Banyak orang menemuinya dan belajar padanya. Bukan soal perkara pasta saja tapi banyak hal lainnya juga termasuk soal cinta. Dan baginya, itu cukup.
Selamat menikmati Minggu!   

Comments